Mengenal Kucing Merah Kalimantan: Si Pemalu yang Nyaris Hilang dari Hutan
Pulau Kalimantan — salah satu permata hijau Indonesia — menyimpan banyak misteri alam. Dari rimbunnya hutan tropis hingga kekayaan fauna langka, salah satu penghuni paling misterius dan jarang terlihat adalah kucing merah Kalimantan. Spesies ini dapat ditemukan di wilayah Kalimantan Barat, Timur, Tengah, hingga Selatan, namun keberadaannya bagaikan hantu di balik dedaunan—terasa ada, tapi hampir tak pernah terlihat.
Apa Itu Kucing Merah Kalimantan?
Kucing merah Kalimantan, secara ilmiah dikenal sebagai Catopuma badia, adalah salah satu jenis kucing liar yang hanya ditemukan di pulau Kalimantan. Di luar negeri, hewan ini sering dijuluki Bay Cat (kucing teluk). Ukurannya lebih kecil dari harimau, dan bahkan lebih ramping dari kucing peliharaan, namun punya daya tarik luar biasa.
Bulu mereka berwarna merah bata yang khas, dengan postur tubuh ramping dan ekor panjang. Penampilannya tampak anggun sekaligus penuh kewaspadaan, terutama dengan wajah sempit dan telinga meruncing.
Sebaran di Kalimantan Barat hingga Kalimantan Selatan
Walaupun tercatat tersebar hampir di seluruh pulau Kalimantan, kucing ini tetap tergolong langka dan jarang tertangkap kamera. Namun, beberapa catatan ilmiah dan hasil pantauan lapangan menunjukkan titik-titik kemunculannya:
-
Kalimantan Barat: Hutan pegunungan dan dataran rendah di wilayah ini menjadi lokasi pengamatan penting. Di Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum, kamera jebak beberapa kali merekam kehadiran kucing merah.
-
Kalimantan Tengah: Di wilayah tengah, khususnya kawasan Sebangau dan Bukit Baka-Bukit Raya, para peneliti berhasil mendokumentasikan jejak dan penampakan visual satwa ini, memperkuat dugaan bahwa hutan-hutan Kalimantan Tengah masih menjadi rumah alami mereka.
-
Kalimantan Timur: Di bagian timur, kucing merah tercatat hidup di hutan primer sekitar Mahakam Ulu hingga perbatasan Kutai Barat. Meski kawasan ini terancam industri ekstraktif, kantong-kantong populasi kecil masih bertahan.
-
Kalimantan Selatan: Hutan di wilayah ini memang lebih terfragmentasi, namun di Pegunungan Meratus, LSM dan peneliti lokal berhasil mendapatkan citra kucing merah lewat kamera tersembunyi dalam beberapa tahun terakhir.
Sifat dan Tingkah Laku
Kucing merah Kalimantan tergolong nokturnal (aktif di malam hari) dan hidup soliter. Ia sangat pemalu dan memiliki naluri tajam dalam menghindari manusia. Tak heran jika keberadaannya jarang terlihat secara langsung, dan hanya bisa dikenali lewat jejak kaki atau kamera jebak.
Ukuran tubuhnya berkisar 50–60 cm, dengan panjang ekor sekitar 35–40 cm. Warna bulunya bervariasi dari merah bata hingga kuning kecokelatan, tergantung usia dan lingkungan hidupnya.
Ancaman Serius terhadap Kelangsungan Hidupnya
Meskipun indah dan unik, nasib kucing merah Kalimantan kian terdesak. Organisasi konservasi dunia seperti IUCN telah mengkategorikan satwa ini dalam status terancam punah (Endangered). Ada beberapa faktor utama yang mempercepat penurunan populasinya:
-
Penggundulan hutan
Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit, tambang, serta pembangunan infrastruktur menghancurkan habitat asli mereka. -
Perburuan liar
Meski tidak setenar harimau atau macan tutul, kucing merah terkadang diburu karena dianggap hama atau dijebak secara tidak sengaja. -
Minimnya riset dan data
Kurangnya informasi ilmiah menyulitkan upaya pelestarian. Tanpa data jumlah populasi dan wilayah sebaran yang akurat, strategi perlindungan akan meleset sasaran.
Langkah Konservasi: Harapan dari Hutan
Beberapa lembaga dan komunitas di Indonesia telah memulai gerakan pelestarian kucing merah Kalimantan. Di Kalimantan Tengah, ilmuwan bekerja sama dengan masyarakat adat untuk memasang kamera pengintai dan melakukan sosialisasi tentang pentingnya menjaga keberadaan spesies ini.
Tak hanya itu, di Kalimantan Timur dan Selatan, edukasi tentang konservasi lingkungan kini mulai diperkenalkan sejak usia dini. Generasi muda diharapkan bisa menjadi penjaga hutan dan makhluk hidup langka yang menghuninya.
Kesimpulan
Kucing merah dari Kalimantan Barat, Timur, Tengah, dan Selatan bukan hanya satwa langka — ia adalah simbol penting dari kekayaan biodiversitas Indonesia yang semakin terhimpit oleh perkembangan zaman. Perannya sebagai predator alami dalam ekosistem hutan tropis menunjukkan betapa pentingnya menjaga keberlangsungan hidupnya.
Semakin banyak masyarakat yang sadar dan peduli, semakin besar pula harapan agar kucing merah Kalimantan tidak hanya hidup dalam cerita atau dokumentasi, melainkan tetap menjadi bagian nyata dari hutan yang masih hidup dan lestari.